MENGELOLA HAWA NAFSU

Menjadi muslim yang holistik (kaffah) adalah impian dan cita-cita mulia setiap orang muslim. Muslim yang sempurna salah satunya dapat dilihat dari keindahan akhlak karimah si pemeluknya, seorang muslim harus bisa mengintregasikan antara urusan yang bersifat ilahiah (hablun minAllah) dan juga urusan yang bersifat insaniyah (hablun min an-Naas). Hal ini digambarkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya :

“Dari Abi Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda : Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang yang memiliki akhlak yang baik” ( HR. Abu Dawud)

Hadis di atas menunjukkan betapa urgen (penting) akhlak karimah bagi seorang mu’min, bahkan Nabi saw menjadikan akhlak karimah sebagai neraca (ukuran) bagi kesempurnaan iman seorang muslim.

Salah satu hal yang memiliki peran besar dalam proses pembentukan jati diri manusia yang teraplikasikan melalui tingkah laku (akhlak) adalah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah satu alasan mengapa seorang muslim dikatakan memiliki iman yang kuat atau memiliki iman yang lemah.

Dalam sebuah sabdanya, Rasulullah saw memberikan statement yang cukup tegas bagi orang mu’min yang tunduk terhadap hawa nafsunya :

“Dari Muhammad bin Sirin dari Uqbah bin Aus dari Abdullah bin ‘Amr berkata, Rasulullah saw bersabda : Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang telah aku sampaikan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan dalam firmanNya, Allah swt tidak akan memberi jaminan kepada orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya :

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? “(al-Furqan : 43)

Dari hadits dan ayat al-Qur’an di atas menunjukkan bahwa Allah swt dan Nabi saw benar-benar tidak menyukai orang mu’min yang terlena, tergoda dan menuruti apa yang menjadi kemauan hawa nafsunya. Bahkan Allah swt tidak akan menjamin keselamatan bagi orang yang tunduk terhadap hawa nafsunya.

Dalam syarah al-Arbain disebutkan, bahwa hawa nafsu itu dibagi menjadi dua macam. Ada hawa nafsu yang mengantarkan kepada kebaikan, sehingga pemiliknya menjadi seorang yang memiliki jiwa sābiqun bi al-khairat yaitu orang yang senantiasa haus untuk berbuat kebaikan, ada juga hawa nafsu yang mengantarkan pada keburukan, sehingga pemiliknya menjadi seorang yang memilki jiwa takabburun li an-nafsi, yaitu orang yang merasa sombong, merasa menjadi orang yang paling benar dan di atas segala-galanya, sehingga ia lupa kepada dirinya dan dzat yang menciptakannya.

Dari kedua hawa nafsu tadi, ada tiga posisi (letak) hawa nafsu itu berada. Dimana ketiga posisi ini tentu harus diwasapadai dan dikelola dengan sebaik mungkin. Di antaranya adalah :

Pertama, Hawa nafsu yang terletak di atas perut. Yaitu otak. Otak adalah organ penting bagi manusia. Karena otaklah, eksistensi seorang manusia diakui. Dengan otak, manusia bisa berpikir dan mencerna segala hal, dan dengan kemauan otak pula manusia bisa menggerakkan anggota badan yang lain. Oleh karena itu, bersihkanlah otak kita dari hal-hal yang menjerumuskan ke jurang kemaksiatan. Serta gunakanlah otak yang kita miliki untuk memikirkan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt

 

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (al-Qashas : 60)

Ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya peran otak dalam menentukan arah kehidupan yang telah dan akan kita lalui, mau dibawa kemana arah hidup kita, semua itu tergantung pada apa yang ada dalam fikiran kita masing-masing.

Baca Juga:   Peringati HUT RI, RSU Fastabiq Sehat Pati Gelar Seminar Merdeka Dari Rasa Nyeri

Kedua, Hawa nafsu yang terletak tepat di perut. Hawa nafsu ini mengantarkan si empunya pada sifat-sifat kufur nikmat dan selalu merasa kurang. Orang yang dihinggapi hawa nafsu jenis ini cenderung boros, berlebih-lebihan dan selalu hidup bermewah-mewahan. Padahal Allah swt tidak menyukai orang yang boros dan berlebih-lebihan :

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (al-A’raf : 31)

Rasulullah saw juga melarang untuk bersikap boros, walaupun dalam melakukan kebaikan :

Dari Amr bin Syua’ib, dari Ayahnya, dari Kakeknya berkata : Rasulullah saw bersabda : makanlah, minumlah, berpakainlah dan bersedekahlan secara sederhana dan tidak berlebih-lebihan ( HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Ketiga, hawa nafsu yang terletak di bawah perut. Hawa nafsu ini disebut juga nafsu seksual. Nafsu ini adalah nafsu yang paling berbahaya dan memiliki dampak yang besar. Jika nafsu ini tidak diatur sedemikian rupa, bahkan dibiarkan begitu saja. Maka akan berdampak fatal dan merusak salah satu kemaslahatan dalam agama Islam. Syaikh Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa nafsu sex yang liar dapat meruntuhkan Hifdzu an-Nasl (Menjaga Keturunan) yang telah dibangun oleh syari’at Islam.

Oleh Karena itu, Allah swt memerintahkan kepada manusia baik laki-laki maupun perempuan untuk senantiasa menjaga pandangan dan menutup aurat :

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya…”(QS. An Nuur: 30-31)

Juga disebutkan dalam firman Allah swt dalam ayat yang lain :

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (al-A’raf : 26)

Mengenai permasalahan hawa nafsu ini, Rasulullah saw memberikan warning (peringatan keras) kepada umatnya untuk senantiasa mengikuti petunjuk Allah swt dengan cara ber-ittiba’ kepada Rasulullah saw. Sebagaimana Allah swt berfirman :

Maka jika mereka tidak mau menyambutmu, ketahuilah sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang berbuat zhalim” (QS. Al-Qashash: 50)

Bahkan Rasulullah saw sendiri pun meminta perlindungan kepada Allah swt agar dihindarkan dari ganasnya pengaruh hawa nafsu. Hal ini terekam dalam sabda beliau Saw :

Dari Ziyad bin Alaqah dari Pamannya berkata, Nabi saw Bersabda : Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kemungkaran akhlaq, amal dan hawa nafsu (HR. Turmudzi)

Dari ketiga hawa nafsu di atas, kita sebagai seorang muslim harus bisa menentukan sikap dan bisa mengelola hawa nafsu yang berada dalam diri kita ini dengan sebijak mungkin. Salah dalam mengelola hawa nafsu, maka salah pula dalam menentukan tujuan hidup ini. Karena hidup yang berkualitas ditentukan seberapa besar kita dapat mengelola hawa nafsu kita dan seberapa besar akhlak karimah yang kita miliki.

 



Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.