Kue Leker Pak Gik, Ngangeni dan Legit
Kue Leker Pak Gik, Ngangeni dan Legit

Siapa yang tak kenal kue leker, jajanan “jadul” khas Indonesia ini sekarang mulai digemari lagi. Kue leker adalah salah satu panganan asli dari Indonesia. Kue ini dulu sangat populer di provinsi Jawa Tengah seperti di kota Semarang, Solo, dan sekitarnya.

Konon, makanan yang satu ini sudah ada di Indonesia sejak masa kolonial Belanda. Penamaan kue inipun mendapatkan pengaruh dari para orang-orang Belanda tersebut. Pada masa itu orang Belanda yang membeli kue ini sering mengatakan “lekker” yang dalam bahasa belanda memiliki arti sangat enak atau lezat.

Nah mulai dari situlah akhirnya orang-orang menyebut kue ini sebagai “kue leker”. Dari asal mula namanya tersebut, dapat terlihat dengan jelas jika kue ini memang memiliki rasa yang sangat enak, bahkan orang-orang Belanda pun mengakuinya.
Bentuk kue leker ini mirip sekali dengan martabak atau serabi Solo. Pada mulanya, isian yang digunakan untuk kue ini terbatas pada pisang, gula dan coklat saja. Namun seiring dengan berkembangnya waktu, isian yang digunakan sekarang sudah sangat bervariasi, mulai dari meses, keju, susu, nanas, sosis, dan lain – lain.

Lalu apa beda Leker Pak Gik dengan leker – leker lainnya? Mungkin dari bentuk sama, namun bicara soal rasa, anda layak mencobanya sendiri.

Baca Juga:   Inspiratif, Mahasiswa Semester II ini Kembangkan Jiwa Enterpreneur

Pak Sugiyanto, demikian nama lengkapnya warga Desa Bumiayu 2/3 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati ini memulai usahanya sejak tahun 2015 lalu. Dengan bermodalkan uang dua juta rupiah, saat pagi hari dia menjajakan kue lekernya keliling sekolahan, sedangkan pada sore hingga malam dia berjualan di depan salah satu toko modern di Tambaharjo, Pati.
Selain Legit dan ngangeni, kue leker bikinannya inipun ramah di kantong, harganya antara Rp.1.500 hingga Rp. 3.000. Untuk leker satu rasa dibanderol Rp. 1.500, sedangkan yang dua rasa Rp. 2.500, sementara untuk tiga rasa Rp. 3.000.

Aspek higienispun diperhatikannya, mulai dari tempat panggangan hingga bahan – bahan untuk membuat kue leker dipilih dari bahan pilihan.

Pria 38 tahun ini mengaku dari usahanya ini dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya dan juga dapat menyekolahkan dua orang buah hatinya.

Suami dari Yuli Dwi Astuti ini menuturkan sangat senang ketika dapat bantuan gerobak dari KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Pati. Dengan bantuan gerobak tersebut, lapaknya makin terlihat gres dan bersih. (fast)



Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.