Kajian Etika Iman, Iman Kepada Al-haudh
Kajian Etika Iman, Iman Kepada Al-haudh

Oleh: Ustadz Sukahar Ahmad Syafii

MAKNA Al-haudh

Al-haudh” (الحوض). Dari sisi bahasa Arab, “al-haudh” adalah tempat berkumpulnya air. “Al-haudh” (الحوض). Dari sisi bahasa Arab, “al-haudh” adalah tempat berkumpulnya air, dalam bahasa Indonesia bisa dimaknai dengan danau, telaga.

Filosofi al-haudh

Al-haudh adalah telaga yang Allah Ta’ala siapkan untuk Nabi-Nya Muhammad shallallahualaihi wa sallam pada hari kiamat, sehingga umatnya dapat mendatangi dan meminum air telaga tersebut. Pada hari kiamat yang amat mengerikan kelak, manusia dibangkitkan dalam keadaan susah payah, matahari didekatkan dalam jarak satu mil, kondisi sangat terik, sehingga kita berada dalam kondisi kehausan dan sangat butuh air untuk minum. (Qaul as-Sa’di, 52).

Urgensi al-haudh dalam akidah/iman

  1. BAGIAN DARI POKOK KEIMANAN

مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ، وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي

“Di antara rumahku dan mimbarku terdapat raudhah (taman) di antara taman-taman surga. Dan mimbarku berada di telagaku” (HR. Bukhari no. 1196).

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَذُودَنَّ رِجَالًا عَنْ حَوْضِي، كَمَا تُذَادُ الغَرِيبَةُ مِنَ الإِبِلِ عَنِ الحَوْضِ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh akan banyak laki-laki yang ditolak (diusir) dari telagaku, sebagaimana diusirnya unta asing dari telaga (pemilik unta)” (HR. Bukhari no. 2367).

  1. BAGIAN DARI KONSENSUS (IJMA’) AHLU SUNNAH

والإيمان بالحوض، وأن لرسول الله حوضا يوم القيامة ترد عليه أمته

Baca Juga:   Kunjungan Gubernur Jawa Tengah di BMT FASTABIQ

(Wajibnya) beriman kepada al-haudh, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki al-haudh pada hari kiamat yang akan didatangi oleh umatnya.”  (Ahmad bin Hambal)

وأهل السنة يؤمنون بأن للنبي محمدا حوضا أعطاه الله إياه، من شرب منه شربة لم يظمأ بعدها أبدا

Ahlus sunnah beriman bahwa Nabi memiliki al-haudh yang telah Allah Ta’ala siapkan untuk beliau. Barangsiapa yang minum dari telaga tersebut meskipun seteguk air, dia tidak akan haus selama-lamanya.” Ibnu Abi Zamanin

ukuran & bentuk al-haudh

  1. LUAS AL-HAUDH

حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ

“(Ukuran) telagaku (sama dengan) perjalanan selama sebulan.” (HR. Bukhari no. 6579)

إِنَّ قَدْرَ حَوْضِي كَمَا بَيْنَ أَيْلَةَ وَصَنْعَاءَ مِنَ اليَمَنِ، وَإِنَّ فِيهِ مِنَ الأَبَارِيقِ كَعَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ

Sesungguhnya ukuran telagaku bagaikan (jarak) antara kota Eiliya (di negeri Syam, pen.) dan Shan’a di negeri Yaman, dan terdapat gelas-gelas yang jumlahnya bagaikan bintang di langit.” 

(HR. Bukhari no. 6580)

  1. BENTUK AL-HAUDH

حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ، وَزَوَايَاهُ سَوَاءٌ

“(Panjang) telagaku (sama dengan) perjalanan selama sebulan, dan sisi-sisinya (pojok-pojoknya) sama.” (HR. Muslim no. 2292)

  1. AIR AL-HAUDH

مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ المِسْكِ، وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا

Airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih harum dari minyak misk dan cangkir-cangkirnya (sebanyak) bintang di langit. Barangsiapa yang minum dari telaga tersebut, dia tidak akan haus selamanya.” (HR. Bukhari no. 6579)



Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.