- 29 Desember 2015
- Posted by: BMT Fastabiq
- Category: News
Dalam kitab Fii Bathni al-Huut karya Syaikh DR. Muhammad Al-‘Arifi, dinukilkan suatu kisah di zaman Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam. Bani Israil pada masa itu ditimpa suatu bencana dasyat, yaitu kemarau panjang. Dampak bencana ini luar biasa, kala itu mata air dan sungai kering, tumbuh-tumbuhan mati, ikan dan binatang ternak mati, banyak korban dari kalangan anak-anak, perempuan dan orang tua.
Menghadapi bencana besar ini, pemuka Bani Israil dan kaumnya sepakat mendatangi Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam memohon bantuan agar berdoa kepada Tuhannya, mereka berkata: “Ya Musa, berdoalah kepada RabbMu agar Dia menurunkan hujan kepada kami!.
Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam lalu mengajak pemuka Bani Israil dan kaumnya berjalan menuju suatu lapangan/padang yang luas untuk berdoa, mereka kala itu dalam kondisi sangat haus dan lapar, tubuh mereka kurus dan kumuh. Lalu Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam mulai berdoa: ”Ya Allah Tuhanku! Turunkan hujan kepada kami, tebarkanlah rahmatMu kepada kami, kasihanilah kami demi anak-anak yang masih menyusui, binatang ternak yang merumput, dan para orangtua yang masih terus ruku’ kepadaMu”.
Namun langit tetap saja terang, matahari malah makin bersinar panas menyengat, rasa putus asa dari raut wajah pemuka Bani Israil dan kaumnya tampak jelas kecewa, mereka mulai ragu dan tak yakin kepada Musa.
Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam berdoa lagi: “Ilaahi … asqinaa….” (Ya Tuhanku turunkan hujan kepada kami). Akhirnya Allah menjawab doa Musa ‘Alaihissalam dengan berfirman kepadanya: “Wahai Musa, bagaimana hujan Aku turunkan kepada kalian, sedangkan di antara kalian masih ada seorang laki-laki yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu, maka perintahkan lelaki itu keluar bersama manusia lainnya, agar dia berdiri di hadapan kalian semua karena lelaki itulah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian dan kemarau akan terus berkepanjangan.”
Mendengar firman Allah ini, Musa ‘Alaihissalampun berteriak di tengah-tengah Bani Israil: “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah kehadapan kami, karena engkau bencana kemarau berkepanjangan dan hujan tak kunjung turun”.
Seorang laki-laki yang tidak ikut keluar bersama kaumnya sadar kalau dirinya yang dimaksud dalam teriakan Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam, ia malu tidak berani keluar, maka tak seorangpun tampak keluar di hadapan manusia saat itu.
Batin laki-laki inipun berkata: “kalau aku keluar kehadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku, kalau aku tidak berterus terang, maka hujanpun tak akan turun, kemarau akan semakin berkepanjangan”.
Lelaki ini gundah gulana, tak sadar air matanya menetes, ia menangis menyesali perbuatan maksiatnya dan batinnya berkata: “Ya Allah, aku telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku, sungguh mulai saat ini aku menyesal dan bertaubat kepadaMu, maka terimalah taubatku.”
Selang sesaat setelah pengakuan taubat tersebut, awan tebal bermunculan, semakin tebal menghitam dan turunlah hujan dengan sangat deras. Pemuka Bani Israil dan kaumnya bersorak gembira saling berpelukan bermandikan hujan.
Nabi Musa ‘Alaihissalam heran, lalu berkata: “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorangpun yang keluar di hadapan manusia.”Lalu Allah berfirman kepada Musa ‘Alaihissalam: “Wahai Musa, hambaku telah mengakui dosanya dan bertaubat, Aku telah menerima taubatnya, karena kemaksiatannya Aku menahan hujan, dan karena pengakuan serta penyesalannya, Aku menurunkan hujan. “
Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam berkata lagi:”Ya Rabb, tunjukkan padaku lelakiitu. “Allah berfirman: “Wahai Musa, Aku telah menutupi aibnya padahal ia bermaksiat kepada Ku selama 40 tahun, apakah sekarang Aku membuka ‘aibnya sedangkan ia telah menyesali dan bertaubat kepadaKu?
—
Tak ada kalimat yang lebih pantas melainkan rasa syukur kita kepada Allah Yang Maha Tahu segala perbendaharaan langit dan bumi, yang telah dan masih menutupi aib kita sampai saat ini.