- 5 Januari 2015
- Posted by: BMT Fastabiq
- Category: News
Sukses Lahir dan Batin
Suatu hari, Nabi SAW masuk ke masjid dan mendapati Abu Umamah berada di dalam. Nabi bertanya, ”Mengapa kau ada di sini padahal sekarang bukan waktu shalat?” Abu Umamah menjawab, ”Aku sedih dan gundah karena banyak utang.”
Rasulullah kemudian berkata, ”Maukah aku ajarkan kalimat (doa) yang membuat Allah akan menghapuskan kesedihan dan melunasi utang-utangmu?” ”Tentu,” kata Abu Umamah.
Nabi menyarankan, ”Setiap pagi dan sore, ucapkanlah, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perasaan sedih dan gundah, sikap lemah dan malas, sikap pengecut dan bakhil, serta lilitan utang dan tekanan orang lain.”
Abu Umamah berkata, ”Aku lantas melakukan ajaran Nabi SAW, kemudian Allah menghapus kegundahanku dan melunasi utang-utangku.” (HR Abu Daud). Melalui hadis di atas, sejatinya Nabi SAW sedang menyampaikan kiat-kiat kesuksesan. Walau redaksi hadis mengajarkan doa, makna yang terkandung memastikan keharusan bekerja untuk meraih kesuksesan.
Kita menemukan poin-poin berikut ini: ajaran memohon perlindungan dari kesedihan dan kegundahan (psikologis); kelemahan dan kemalasan (mental); sifat pengecut dan bakhil (sikap sosial); serta lilitan utang dan tekanan orang lain (sosial-politik).
Dalam teori motivasi apa pun, sasaran utama yang mesti diperbaiki adalah sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan. Ketidakberanian bertindak, menentukan sikap, dan mengambil keputusan di hadapan kondisi objektif adalah tanda sikap pengecut. Bagi pelaku bisnis seperti Abu Umamah, hampir tidak pernah bebas dari utang. Tetapi, utang haruslah rasional sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing.
Yang diajarkan oleh Nabi SAW di atas adalah berlindung dari lilitan utang (ghalabah al-dain) atau utang yang lebih besar dari kemampuan. Ketika utang lebih besar dari kemampuan dan yang bersangkutan tidak mampu membayar, pihak yang memberikan piutang akan menagih dan menekan dengan berbagai cara.
Dalam keadaan yang demikian, Rasulullah mengajak kita membangun jiwa yang ceria, mental yang kuat, keberanian, murah hati, serta bebas dari lilitan utang dan tekanan orang lain. Beliau juga menegaskan bahwa yang dibutuhkan untuk meraih hidup tenang dan bahagia adalah senantiasa bekerja keras dan berdoa.
Berdoa tanpa kerja adalah sikap manja yang tidak direstui oleh Islam. Kerja tanpa doa akan menjauhkan diri kita dari spiritualitas yang menenteramkan. Kerja dan doa adalah kunci meraih kesuksesan lahir dan batin.