Narsisisme dan Ekshibisionisme

Perkembangan teknologi telah membawa pengaruh besar bagi kehidupan umat. Teknologi memberikan kemudahan berbagai aktivitas positif, tapi juga bisa menjadi perantara terciptanya perilaku menyimpang yang negatif.
Pengaruh negatif tampak pada menguatnya gejala narsisisme dan ekshibisionisme yang makin marak. Narsisisme adalah kecenderungan suka mempertunjukkan kelebihan diri. Sedangkan ekshibisionisme adalah dorongan psikologis untuk memperlihatkan hal-hal atau tindakan yang tak senonoh.
Telepon genggam berkamera kerap disalahgunakan sebagai alat untuk merekam kelebihan diri (ketampanan atau kecantikan) hingga mempertunjukkan bagian-bagian tubuh yang haram dilihat oleh bukan muhrimnya. Tak jarang foto atau video porno direkam dan disebarkan melalui telepon.
Perkembangan jejaring sosial dunia maya juga telah memerantarai individu Muslim ‘unjuk gigi’. Situs-situs jejaring sosial seolah memberikan ruang lapang untuk bersikap narsis, bahkan mempertontonkan hal-hal yang bersifat ekshibisionistis.
Perkembangan ini tentu saja memprihatinkan, karena perangkat teknologi yang ada tidak digunakan sebagaimana tuntunan Allah SWT. Allah SWT tidak melarang mencintai diri sendiri.
Sebab, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk mempertebal rasa percaya diri dan rasa syukur kepada Allah SWT, manusia dianjurkan untuk melihat karunia yang dilimpahkan Allah SWT.
Hanya saja, mencintai diri sendiri tak berarti harus menunjukkan kelebihan diri di hadapan umum. Sikap narsis adalah gejala membanggakan kelebihan dan keunggulan diri, sehingga dapat menimbulkan sifat sombong dan takabur.
Sifat sombong inilah yang dibenci Allah SWT. ”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman [31]: 18).
Sementara seorang ekshibisionis adalah yang suka mempertontonkan auratnya. Memperlihatkan aurat dilarang karena dapat mendekatkan seseorang kepada perbuatan zina. Setiap Muslim juga diingatkan untuk menjaga pandangan dan memelihara kemaluannya.
”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS Annuur [24]: 30).
Di sinilah kita perlu arif memaknai perangkat teknologi. Setiap perangkat teknologi komunikasi dan informasi hampir selalu menganut diktum yang sudah lama kita kenal, man behind the gun, yaitu bergantung pada siapa dan untuk apa perangkat teknologi itu digunakan. Apakah demi kebaikan, atau sebaliknya untuk kemungkaran.

Baca Juga:   Sesama Muslim Saudara


Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.