- 2 Juli 2020
- Posted by: jayantitrika@gmail.com
- Categories: Cermin, Islam Kita, Muamalah
Assalamu’alaikum Sahabat Fastabiq ๐
Ada sebuah kisah pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab R.A. saat memilih Ammar bin Yasir sebagai gubernur di Kuffah, suatu ketika ada seorang awam datang menemuinya lalu berkata kepadanya โHai, yang telinganya terpotong!โ salah satu telinga Ammar bin Yasir putus ketika menghadapi orang-orang murtad di pertempuran Yamamah, namun ia menjawab dengan singkat, โYang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik.โ
Dengan hinaan orang tersebut, ia tidak membalasnya dengan kata-kata yang keji atau tidak sopan. Namun ia memilih untuk bersabar, dan memaafkan dengan mengucapkan kata-kata singkat dan mengandung kebenaran, tanpa bermaksud untuk menghina balik orang yang mengecamnya. (Abu Dzikra & Sodik Hasanuddin, 2013)
Rasul shallallahu โalaihi wa sallam bersabda,
ููู ูุง ุฒูุงุฏู ุงูููููู ุนูุจูุฏูุง ุจูุนููููู ุฅููููุง ุนูุฒููุง
artinya:
โDan tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya.โ(HR. Muslim no. 2588).
Sangat Mulianya orang Pemaaf, Karna memaafkan merupakan akhlak yang terpuji, ada sebagian orang beranggapan bahwa meminta maaf itu mudah, namun tak semua bisa memaafkan, Terkadang memang ada benarnya, memaafkan memang bukan perkara yang mudah. Namun perlu diperhatikan, jika kita sulit memaafkan, maka akan banyak dendam di hati kita, terlebih kita akan sulit melupakan kesalahan orang lain terhadap apa yang diperbuat kepada kita. ๐