- 8 Januari 2015
- Posted by: BMT Fastabiq
- Category: News
MENGGAPAI CINTA ILAHI DAN
URGENSI IKHLAS DALAM REALISASI AMAL
Manusia atau makhluk mana yang tidak ingin dicintai oleh dzat yang menciptakannya, tentu semua makhluk Allah, terlebih manusia selaku makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lain ingin dicintai oleh dzat yang menciptakannya, yaitu Allah swt, bahkan tidak heran untuk menggapai kemuliaan dan kecintaan disisi Allah ini mereka rela melakukan hal apapun, hingga pada hal yang tidak ada tuntunannya (bid’ah).
Dengan lebel dicintai Allah dan harapan agar dicintai Allah terkadang manusia salah menempatkan dan melakukan hal yang bersifat ibadah, mereka lupa bahwa salah satu faktor agar dicintai Allah adalah dengan mengikuti segala yang diajarkan oleh utusaNya Muhammad saw dan dengan mencintai Nabi Muhammad saw berarti mencintai Allah swt pula, sebagaimana firman Allah swt :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ…
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu (QS. al-Imran : 31)
Hadist di atas menunjukkan bahwa cinta kepada Allah itu dibangun di atas cinta kepada Nabi Muhammad saw, oleh karena itu barangsiapa yang meneladani dan mengikuti apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw sebagai pembawa risalah (Rasul), niscaya dia akan dicintai Allah dan mendapat pengampunan dari dosa yang pernah dia lakukan.
Mengenai cinta kepada Allah dan bagaimana cara menggapainya, marilah kita renungkan hadits qudsi di bawah ini :
عَنْ مُعَاذ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْ لُ الله صلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَوَاصِلِين فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَنَاصِحِيْنَ فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ ;الْمُتَحَابُّوْنَ فِيَّ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ يَغْبِطُهُمْ بِمَكَانِهِمُ النَّبِيُّوْنَ وَ الصِّدِّيْقُوْنَ وَ الشُّهَدَاءُ .
Dari Mu’adz bin Jabal –Radhiyallahu ‘anhu- beliau berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : “Allah Ta’ala berfirman : ‘Orang yang saling mencintai karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku, orang yang saling menyambung kekerabatannya karena-Ku pasti diberikan cintaKu dan orang yang saling menasehati karena-Ku pasti diberikan cintaKu serta orang yang saling berkorban karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku. Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku (nanti di akhirat) berada di mimbar-mimbar dari cahaya. Para Nabi, shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid merasa iri dengan kedudukan mereka ini’”
(HR. Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad dan dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahih Jami’ ash-Shaghir no. 4198).
Sungguh besar makna dan ibrah (pelajaran) yang dapat diambil dari hadits qudsi di atas. Dalam hadits qudsi tersebut Allah swt memerintahkan kita untuk mewujudkan empat hal yang menjadi sebab kita menjadi hamba-Nya yang dicintai.
(1) Perintah saling mencintai karena Allah, ( 2) Perintah saling menasehati karena Allah, (3) Perintah saling menyambung persaudaraan karena Allah, 4) Perintah saling berkorban karena Allah.
Inti dari semua amalan yang dapat menuai cinta Allah adalah ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah swt tanpa disertai tendensi karena manusia atau makhuk yang lainnya. Oleh karena itu antara perbuatan yang didasari dengan keiklhlasan dan iman yang akan melahirkan kecintaan kepada Allah swt nampaknya memiliki hubungan yang erat. Maka mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman dan beramal dengan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan ikhlas semata-mata karena selain Allah SWT. Wallahu a’lam bisshowab.