- 16 September 2015
- Posted by: BMT Fastabiq
- Categories: MKU, News
MENGENDALIKAN AMARAH
Air Tuba dibalas dengan Air Susu
Sesunguhnya marah itu datangnya dari syetan, dan syetan itu dijadikan dari api, dan yang dapat memadamkan api itu hanyalah air, maka apabila seorang dalam keadaan marah, hendaklah segera berwudhu (HR. Ahmad-Abu Dawud)
Memang sulit mengendalikan marah. Marah yang tidak terkendali akan berakibat fatal, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Akibat marah, seorang suami tega membunuh istrinya sendiri. Akibat marah seorang karyawan membunuh atasannya sendiri. Akibat marah TV yang masih baru ditendangnya. TV-nya hancur, kakinya terluka parah. Akibat marah HP dilemparkan, hancur berkeping-keping, tidak bisa dipake lagi. Padahal untuk mendapatkannya harus dibeli dengan susah payah. Banyak kerusakan yang diakibatkan oleh marah. Kita bisa menyaksikannya TV, atau membacanya di koran, bahkan mungkin melihat sendiri dalam kehidupan. Semuanya menimbulkan kerugian besar.
Mengendalikan marah merupakan perintah agama. Kita sebagai muslim sudah sepantasnya untuk memperhatikannya. Marah itu pintu masuknya syetan. Syetan sangat mudah mengendalikan dan memepermainkan orang yang sedang marah. Oleh karena itu kita harus sungguh-sungguh mengendaikan hawa nafsu ketika marah itu muncul. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan marah.
Nabi saw,”Marah itu dari syetan, maka apabila salah seorang diantaramu marah dalam keadaan berdiri duduklah, dan apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah.” (HR Asy-Syaikhany).
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang kuat itu bukanlah karena bergulat, tetapi orang yang kuat itu ialah yang dapat menguasai diri saat marah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang dapat menahan marahnya, padahal dia sanggup melampiaskan amarahnya itu, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan iman dan rasa aman ketengan (HR. Abu Dawud-Ibn Abid Dunia)
Mengendalikan marah mempunyai kedudukan tersendiri. Orang yang mampu menahan marahnya akan mendatangkan kebahagian dan terhindar dari kerugian. Akhlak seseorang dapat dilihat ketika orang itu mampu mengendalikan amarahnya. Kisah ini merupakan refleksi dari ketinggian akhlak seseorang.
Ada seorang sholeh yang bernama Qays bin Ashim Almundziri. Pada suati hari beliau sedang duduk-duduk ditengah rumahnya sambil menunggu anaknya yang sedang tidur. Tiba-tiba datanglah seorang pelayannya (budak) membawa daging panggang yang masih panas. Ketika pelayan itu melewati anaknya tiba-tiba daging panggang itu terjatuh dan tepat menimpa anaknya. Sungguh malang nasibnya, anak yang masih bayi itu meninggal seketika.
Melihat kejadian itu, budak itupun tercengang ketakutan. Mukanya terlihat pucat pasi, badannya bergetar, khawatir akan disiksa oleh majikannya. Dalam pikrannya terbayanglah hukuman yang akan menimpa dirinya. Akan tetapi apa yang terjadi? Tidak lama kemudian Qays bangkit dari duduknya dan menghampiri budak itu, dan berkata;
“Tidak usah takut. Karena sekarang kamu telah aku merdekakan karena Allah”. Akhlak yang sangat mengagumkan. Qays mampu menahan marahnya. Budak itu bukan mendapat lampiasan amarah, malah sebaliknya, dibebaskan dari budak, padahal budak itu dalam kekuasaanya.
Ya Allah jadikanlah kami sebagai hamba yang mampu menahan marah, dan berilah kami akhlak yang mulia. Amiin.