Khalifah Umar bin Abdul Aziz tercatat dalam tinta emas sejarah sebagai sosok yang masyhur dengan kesederhanaannya. Pada masa mudanya, sang Khalifah adalah seorang yang selalu tampil mewah. Memakai wangi-wangian dari jenis terbaik. Selalu menjadi pemuda yang tampil sangat menawan.

Dia juga tinggal di sebuah rumah yang megah. Pakaian yang dikenakannya mewah dan mahal. Makanan yang dia konsumsi selalu yang paling enak. Memiliki tunggangan kuda yang sangat gagah. Selain itu, dia juga memiliki penghasilan cukup banyak ketika itu.

Tibalah takdir mendaulatnya sebagai khalifah. Tiba-tiba dia berubah menjadi sosok manusia lain dari sebelumnya. Wewangian yang biasa dipakai berubah menjadi peluh yang bercucuran. Kudanya yang gagah dia ganti hanya cukup berjalan kaki.

Pakaian indah dan mahal dia ganti jadi pakaian yang sederhana. Makanan yang biasa enak-enak dia ganti juga dengan hidangan sederhana seadanya. Seluruh harta kekayaan pribadinya dia masukkan ke dalam kas negara. Rumahnya yang dulu berdiri megah kini berubah sederhana, terbuat dari lantai tanah. Singgasana kebesarannya hanyalah potongan kayu bulat yang diletakkan begitu saja di atas tanah.

Mengapa Khalifah Umar bin Abdul Aziz melakukan hal ini? Menurut dia, tanggung jawab khalifah sangatlah besar. Dia sangat takut kepada Allah kelak di hari akhir bila dia menyelewengkan jabatannya itu.

Suatu hari, Khalifah masuk ke kamar. Didapatinya sang istri sedang menambal pakaiannya yang sudah usang sembari duduk di atas tikar. Dipegangnya pundak sang istri tercintanya itu dengan lembut.

“Fatimah, alangkah nikmatnya malam-malam yang kita lalui di Dabiq dulu. Jauh lebih menyenangkan dari malam-malam seperti sekarang ini,” (maksudnya, kehidupan mewah sebelum dia diangkat menjadi khalifah).

Istrinya pun menjawab, “Demi Allah! Padahal, waktu itu engkau tidak lebih mampu dari waktu sekarang ini!”

Sang Khalifah kaget mendapati jawaban istrinya itu. Dia menjadi muram dan meneteskan air mata. Dia sadar senda guraunya telah melewati batas. Dia pun berkata, “Wahai Fatimah, aku takut terhadap siksa Rabbku jika mendurhakai-Nya, yakni di suatu hari yang amat dahsyat nanti!”

Baca Juga:   NEW PAUD "FASTABIQ CERIA"

Jika pun Khalifah mau, dia bisa saja memanfaatkan akses dan jabatannya untuk memperkaya dirinya dan keluarganya. Dia juga bisa memerintahkan para bawahannya untuk mengumpulkan hadiah atau barang mewah. Dia pun mampu menyelewengkan keuangan negara dengan sangat mudahnya.

Namun, sang Khalifah tidak melakukannya. Ternyata Umar bin Abdul Aziz takut kepada Allah. Dia lebih memilih hidup sederhana dibandingkan harus bermewah-mewahan seperti khalifah-khalifah sebelumnya.

Sungguh indah teladan dari khalifah yang satu ini. Jabatan yang ada di tangannya tidak membuat dia gelap mata. Dia tidak tampil mewah layaknya pejabat masa kini. Dia tidak pernah memakan uang negara untuk keperluan dirinya. Justru kesederhanaanlah yang dia tampilkan.

Rasulullah sudah menegaskan dalam hadisnya, “Orang yang paling dirundung penyesalan pada hari kiamat kelak adalah orang yang memperoleh harta dari sumber yang tidak halal, lalu dengan harta itu menyebabkan dia masuk ke dalam neraka.” (HR Bukhari).

Dengan tampil sederhana, bukan berarti kehilangan kehormatan dan wibawa. Dengan kesederhanaan itulah dia bisa leluasa membenahi pejabat-pejabat negara di bawahnya yang suka main mata atau hidup bermewah-mewahan.

Sesungguhnya, kemewahan dan harta benda adalah amanah sekaligus ujian dari Allah. Siapa yang berhasil menjalankan amanah tersebut, maka akan selamatlah dia. Bila dia terpeleset, celakalah dia di akhirat kelak.

Rasulullah SAW bersabda, “Bagi setiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku adalah harta benda.” (HR Tirmizi). Semoga Allah senantiasa membimbing kita agar selalu istiqamah dalam kebaikan dan berada di jalan lurus yang diridhai-Nya. Wallahu a’lam.



Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.