- 1 Juni 2015
- Posted by: BMT Fastabiq
- Category: News
”Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, seluruh tubuh menjadi baik. Tapi, bila rusak, semua tubuh menjadi rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu.” (HR Al-Bukhari dari Nu’man ibn Basyir).
Kalbu merupakan materi organik (al’adhuw ai’mady) yang memiliki sistem kognisi (jibaz idraky ma’ripiy) dan mengandung emosi (al-syu’ur). Al-Ghazali mendefinisikan kalbu menjadi dua.
Pertama, kalbu jasmani, yaitu daging sanubari yang terletak di dada sebelah kiri atau disebut jantung (heart). Kedua, kalbu rohani, yaitu sesuatu yang bersifat halus (lathif), rabbani, dan ruhani.
Kalbu jasmani berfungsi mengatur peredaran darah serta segala perangkat tubuh manusia. Sementara, kalbu rohani berperan sebagai pemandu dan pengendali struktur jiwa (nafs). Bila kedua kalbu ini berfungsi normal dan baik, kehidupan manusia akan baik dan berjalan sesuai fitrahnya.
Lantas, bagaimana kecerdasan qalbiah itu bisa hadir? Kecerdasan qalbiah akan hadir tatkala seseorang berperilaku qalbiah, yaitu senantiasa merasakan kehadiran Allah SWT dalam setiap tindakan, kapan pun dan di mana pun. Perilaku qalbiah akan timbul manakala kita selalu mengingat Allah (zikrullah).
”Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzab [33]: 41).
Seseorang yang selalu mengingat-Nya, hatinya akan merasa tenang dan tenteram meski diimpit segala macam persoalan. ”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Arra’d [13]: 28).
Orang yang senantiasa berzikir juga akan selalu diingat Allah SWT. ”Ingatlah kalian kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS Albaqarah [2]: 150).
Bila seseorang telah diingat Allah SWT, hatinya akan bersih dan selalu dijaga dari perbuatan keji dan mungkar. Di sinilah, pengelolaan dan pemeliharaan kalbu dan perilaku qalbiah yang termanifestasi dalam bentuk zikir, akan membawa manusia pada kecerdasan qalbiah. Sehingga, dengan mudah menyerap segala bentuk kebenaran yang datang dari Allah SWT.
Kecerdasan qalbiah ini akan pula menjadi pengendali dan pemegang komando terhadap setiap perilaku manusia yang terdiri atas empat sifat. Seperti, sifat bahimiah (syahwat), sabu’iyyah (amarah), syaitiniyah (hasud, dengki, dan iri hati), dan rabbaniyah (unsur sifat Ilahi).