- 27 Oktober 2017
- Posted by: BMT Fastabiq
- Category: News
oleh : Muhammad Ridwan
Dirut Fastabiq Khoiro Ummah
Tahun baru 1 Muharram 1439 H bertepatan dengan 21 September 2017. Di tiap tahun baru apapun, ada tiga sikat yang meyertai. Pertama, sikap orang awam biasanya tidak peduli dengan pergantian itu, tahun baru berlalu begitu saja. Kedua, sikap orang kaya bak orang pintar selalu merayakan. Dalam merayakan sebagian besar digunakan untuk bersenang-senang, sedikit sekali yang merenungkan hal-hal yang bermanfaat di tahun ini. Dan ketiga, Sikap orang beriman selalu bermuhasabah, sebanyak-banyaknya menenung, mengevaluasi, mengambil hikmah dan kemudian bersyukur.
Setiap manusia menginginkan kehiidupan yang bahagia. Bahagia yang hakiki adalah kebahagiaan dunia dan akherat. Allah Maha Pencipta dan Pemelihara, yang menciptakan alam dunia dan juga alam akherat. Bagaimana meraih kebahagiaan hidup dunia akherat, Allah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 218 yang artinya:
“Bahwasanya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berusaha bersungguh-sungguh pada jalan Allah, mereka itulah mendapat rahmat Allah dan Allah maha pengampun lagi maha pengasih”
Bahagia adalah salah satu rahmat Allah. Manusia yang akan meraih kehidupan bahagia dipanggil Allah dengan sebutan Orang-orang yang beriman. Seseorang dapat merasakan kebahagian adalah orang yang hatinya merasakan bahagia. Iman yang memenuhi hatilah yang mampu membuat manusia merasa bahagia.
Dengan modal iman, manusia dibimbing untuk menghadapi kehidupan nyata ini. Dalam kehidupan dibutuhkan tahapan hijrah, jihad, ghafur dan rohiem dari Sang Pencipta. Hijrah karena hidup ini adalah pilihan, antara hidup di jalan yang lurus yang mengantarkan kebahagiaan atau jalan sesat yang mengantarkan manusia kepada kesengsesaraan. Jihad atau berjuang, memang kehidupan ini tidak bisa bertahan bila tidak berjuang untuk hidup. Manusia tidak ada yang sempurna, pasti pernah melakukan kesalahan, maka untuk menyempurnakan hidup dibutuhkan ampunan dari Yang Maha Pengampu agar hidup manusi bersih dari dosa. Dan amal manusia sangat terbatas, maka Allah maha rohiem, penyayang kepada hamba yang beriman berupa Allah memberi balasan yang berlipan ganda kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amal shaleh.
Tahannuts
Jauh sebelum Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah sering melakukan tahannuts di Gua Hira. Rasulullah mencoba menorehkan keimanan dalam hati dan Allah menurunkan wahyu untuk membimbing iman yang kokoh. Iman yang dilandasi dengan pondasi keyakinan tauhid, mengesakan Allah dalam rububiyah maupun uluhiyah, hanya Allah lah yang mampu membuat kehidupan ini bahagia dunia dan akherat.
Dalam tahannuts itu Rasulullah dengan kaca mata iman, mecoba melihat kondisi soaial masyarakat Makkah saat itu. Rasulullah mendapati beberapa penyimpangan keyakinan, peribadatan dan perilaku yang sudah jauh dari ajaran Nabi Ibrahim. Ka’bah sudah dipenuhi dengan berhala-berhala, mereka sudah memohon kepada selain Allah tentang segala hal kehidupan ini. Tata cara ibadah pun sudah jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim. Dalam merenung di tempat yang sepi dan tenang itulah Rasulullah memohon petunjuk jalan yang benar dan berusaha menolong nasyarakat Makkah dari jalan sesat yang mencelakan.
Ada tiga hal terpatri dalam hati Rasulullah dalam tahannuts. Pertama, manusia harus mempunyai keyakinan yang akan visi hidup bahagian dan akherat, dan hanya Allah lah yang mampu memberi kabahagiaan. Kedua, Untuk meraih kebahagian manusia tidak mampu menjalani kehdidupan ini sendirian, maka berjamaah memegang persatuan lah yang mampu meraih kebahagian dari Sang Pencipta. dan ketiga, manusia harus mengihdarkan pertikaian, Perpecahan meruntuhkan kekuatan, pertikaian menguntungkan musuh Tuhan.
Hijrah menuju Kebahagiaan
Strategi hijrah di zaman sekarang dapat kita memilih yang tepat sesuai makna hijrah dalam Al Qur’an diantara yang terkandung itu adalah sebagai berikut :
1. Hijrah adalah Menyingkiri sesuatu yang membawa madharat baik untuk diri maupun orang lain, dari perbuatan dosa, karena dosa membawa kesengsaraan, sebagai firman Allah : “Dan singkirilah perbuatan dosa itu” ( QS. Al-Mudatsir ayat 5 )
2. Hijrah adalah : meninggalkan dan berpaling dari pada sesuatu mencelakakan manusia, seperti keyakinan syirik di zaman Nabi Ibrahim dalam menghadapi kaum musyrikin. Nabi Ibrahim harus meninggalkan dan berpaling keyakinan musyrik ayahnya. Nabi Ibrahim agar meninggalkan mereka untuk sementara waktu agar mereka tidak terganggu dalam menyambah berhalanya. berfirman: …Dan tinggalkanlah kami sebentar”( QS. Maryam ayat 46).
3. Hijrah adalah: Menjauhkan diri dari sesuatu ,” Contohnya, saat seorang muslim melihat seorang musyrik sedang menyembah berhala dan perbuatan maksiat, maka pada waktu itu juga ia wajib meninggalkan atau menjauhkan diri dari tempat itu. Di dalam Al–Quran Surat Al–Muzammil ayat 10 : Dan hendaklah engkau sabar atas perkara yang mereka katakan dan hendaklah engkau ( Muhammad ) menjauhkan diri dari mereka, dengan laku dan cara (menjauhkan) yang baik.
4. Hijrah dalam makna : Memisahkan sesuatu antara yang baik dan yang buruk, seperti yang dimaksudkan dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 34 : “Dan pisahkanlah mereka ( perempuan ) di dalam tempat-tempat tidurnya….”
5. Hijrah dalam makna : Pindah, atau memutuskan perhubungan dengan sesuatu dari dari sesuatu kepada yang lainnya. Seperti yang dilakukan Rasulullah dan para sahab muhajirin yang pindah dari Makkah ke Madinah, dimaksudkan di dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 195 “…Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”