- 13 Juli 2018
- Posted by: BMT Fastabiq
- Categories: Majalah Fastabiq, News
DALIL UMUM
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
“Tidaklah hambaku mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib hingga aku mencintainya” (HR. Bukhari no. 6502)
WAJIB (QADHA) DAHULU BARU SUNNAH
من صام تطوّعاً وعليه من رمضان شيء لم يقضه فإنّه لا يتقبّل منه حتّى يصومه
“Barangsiapa yang melakukan puasa sunnah namun masih memiliki utang puasa Ramadhan, maka puasa sunnah tersebut tidak akan diterima sampai ia menunaikan yang wajib.” (HR. Ahmad 3/352)
PENDAPAT MAZHAB HANABILAH (QIYAS BIL BADLI AL-HAJJI)
PRILAKU AISYAH RA (ATSAR)
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1950 dan Muslim no. 1146 dari Yahya RA)
Ta’arudh al-Adillah (Perbedaan Dalil) Pelaksanaan Puasa Syawal.
Pertanyaan : Bilamana seseorang tidak bisa berpuasa 6 hari di bulan Syawwal karena ada udzur, misalnya seseorang yang sakit selama bulan Syawwal, wanita yang nifas, wanita yang mendapatkan haid ketika akan puasa Syawwal. Ada juga mereka yang hanya sempat puasa Syawwal 3 atau 4 hari, apakah bisa menggenapkan puasanya (qadha) di bulan setelah syawwal yaitu Dzulqa’dah dan seterusnya?
1. Pendapat Maliki & Hanafi
(Qadha di bulan Dzulqo’dah tidak apa-apa)
وإنما قال الشارع : ( من شوال ) للتخفيف باعتبار الصوم ، لا تخصيص حكمها بذلك الوقت
“Pembuat syariat menyebutkan kata “Syawwal” dalam rangka meringankan bukan mengkhususkan hukumnya.” (Syarh Al-Kharsy 2/243)
2. Pendapat Hambali
(Khusus Bulan Syawal saja)
ولا تحصل الفضيلة بصيامها أي : الستة أيام في غير شوال ، لظاهر الأخبا
“Tidak mendapatkan keutamaan puasa enam hari Syawwal pada bulan selain Syawwal, ini adalah dzahir dalil.” (Kasyful Qina’, 2/338).
Jika hanya dapat puasa kurang dari 6 hari, minimal 4 hari
فيمن صامت أربعة أيام من شوال ولم تكمل الست لبعض الظروف..، فلك أجر ما صمت منها ، ويرجى لك أجرها كاملة إذا كان المانع لك من إكمالها عذراً شرعياً ؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم إذا مرض العبد أو سافر كتب الله له ما كان يعمل مقيماً صحيحاً
“Barang siapa yang puasa empat hari Syawwal dan belum menyempurnakannya karena udzur, maka baginya pahala puasa yang sudah ia kerjakan tersebut dan diharapkan mendapatkan pahala yang sempurna sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Fatwa IBN Baz)
Konklusi Perbedaan Pendapat
الجمع و التوفِيق بالأموم الفظ أصح من الترجيح
Konsensus berdasarkan keumuman Lafal lebih shahih daripada tarjih (penguatan statement)
Mayoritas ulama’ sepakat dengan pendapat Imam Ahmad bin Hambal