- 12 Juni 2017
- Posted by: BMT Fastabiq
- Category: News
Dalam sejarah Islam terdapat episode penting yang dikenal dengan Futuh Makkah (Pembebasan Kota Makkah). Dalam episode ini, terdapat cuplikan kisah-kisah menarik yang menunjukkan keagungan akhlak Rasulullah SAW. Salah satunya, kisah yang dialami oleh Abu Sufyan.
Abu Sufyan adalah salah seorang pembesar Quraisy yang sangat membenci dan memusuhi Rasulallah SAW. Oleh karena itu, ketika Nabi SAW akan memasuki Kota Makkah dengan pasukan yang besar, hatinya ciut karena merasa takut. Ia khawatir Rasul SAW dan para sahabatnya akan melakukan balas dendam.
Dengan perasan takut, Abu Sufyan keluar dari Kota Makkah untuk menemui Rasul SAW. Ia ingin mengetahui rencana Rasulullah dengan pasukan besarnya itu. Sebelum sampai ke kemah Rasul, ia bertemu dengan sahabat Sa’ad bin Ubadah. Kemudian, ia bertanya tentang apa yang akan dilakukan Rasulullah dengan pasukannya yang besar. Sa’ad menjawab dengan serius, “Al yauma yauma malhamah (Hari ini adalah hari pembantaian.”
Mendengar jawaban itu, Abu Sufyan semakin takut. Namun di tengah–tengah ketakutannya, masih tersisa sedikit keyakinan bahwa “tidak mungkin Muhammad melakukan hal tersebut”. Dengan berbekal sisa keyakinan tersebut dan diantar oleh sahabat Abbas, ia melanjutkan perjalanannya menemui Rasul SAW. Setelah bertemu, ia menceritakan apa yang dikatakan Sa’ad bin Ubadah. Mendengar hal tersebut, Rasulullah memperlihatkan akhlak agungnya dengan menjawab, “Kadzaba Sa’ad! Al yauma yauma marhamah (Sa’ad bohong! Hari ini adalah hari kasih sayang).”
Keagungan akhlak Rasul SAW tidak sampai di situ. Atas saran sahabat Abbas, ia membuat maklumat yang isinya, “Barang siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, ia akan aman. Barang siapa yang masuk ke rumahnya kemudian menguncinya, ia akan aman. Barang siapa yang memasuki Baitullah, ia akan aman.”
Maklumat itu tidak hanya dibaca oleh Abu Sufyan, tetapi juga dibaca oleh seluruh penduduk Makkah. Berkat akhlak Rasul SAW yang agung itu, penduduk Kota Makkah berbondong-bondong masuk Islam. Kisah ini direkam oleh Alquran, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat.” (QS al-Nashr [110]: 1-3).
Ketika dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW senantiasa ditindas dan disakiti oleh penduduk Makkah yang dikomandani oleh Abu Sufyan. Namun, ketika Beliau SAW dalam posisi kuat, semua penduduk Makkah dimaafkan. Bahkan komandannya, Abu Sufyan, dijadikan orang kepercayaan sehingga rumahnya dijadikan tempat suaka. Artinya, Nabi SAW tidak hanya memaafkan kesalahan Abu Sufyan, tetapi juga membalas perbuatan buruknya dengan kebaikan.
Akhlak agung yang diperlihatkan oleh Rasullah SAW itu disebut tawadhu (rendah hati). Akhlak inilah yang telah melunakkan kerasnya hati penduduk Makkah, sehingga mereka mau menerima Islam secara sukarela, tanpa paksaan dan tanpa setetes pun darah tertumpah.
Pada sifat rendah hati terdapat energi pelunak hati yang dapat menjadikan orang bermusuhan dengan tiba-tiba dapat menjadi bersaudara. “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS al-Fushilat [41]: 34). Wallahu a’lam.