Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illa Allah, wallahu akbar. Mahasuci Allah, Zat yang telah membersihkan hati yang kotor dengan zikrullah. Terpujilah Dia, Zat yang telah menganugerahi kekuatan dalam menghamba dan mengiprahi amal keumatan.
Tiada Tuhan selain Allah, Zat yang telah mencairkan hati yang membatu dengan mencerap setiap denyut kebaikan yang berdetak dari geliat harakah kebangsaan dan kemanusiaan. Dan Maha Besar Allah, Zat yang pasti menundukkan setiap makar kezaliman dan memenangkan amal-amal kebaikan.
Betapa sangat tersiksanya jika mempunyai hati yang membatu. Mata akan ikut buta, telinga akan tuli, begitu juga dengan tangan, akan serakah dan mudah berbuat nista. Kaki inginnya terayun kepada hal-hal yang berkutat maksiat dan dosa. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras dan jauh dari Allah.” (al-Fawa’id, hal. 95).
Allah SWT berfirman, yang artinya, “Sungguh celaka orang-orang yang berhati keras dari mengingat Allah, mereka itu berada dalam kesesatan yang amat nyata.” (QS az-Zumar: 22).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa ciri orang yang berhati keras itu adalah tidak lagi merespons larangan dan peringatan, tidak mau memahami maksud Allah dan rasul-Nya, karena saking kerasnya hatinya. Sehingga, tatkala setan melontarkan bisikan-bisikannya, dengan serta-merta hal itu dijadikan oleh mereka sebagai argumen untuk mempertahankan kebatilan mereka. Mereka pun menggunakannya sebagai senjata untuk berdebat dan membangkang kepada Allah dan Rasul-Nya.
Orang yang berhati keras itu tidak bisa memetik pelajaran dari nasihat-nasihat yang didengarnya, tidak bisa mengambil faedah dari ayat maupun peringatan-peringatan, tidak tertarik meskipun diberi motivasi dan dorongan, tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti. Inilah salah satu bentuk hukuman terberat yang menimpa seorang hamba, yang mengakibatkan tidak ada petunjuk dan kebaikan yang disampaikan kepadanya, kecuali memperburuk keadaannya.
Orang yang memiliki hati semacam ini, akan tecermin dalam olah bahasa dan kepribadiannya. Kasar dan membabi buta. Tidak ada sopan santunnya, tidak beretika. Sangat lancang dan cenderung kalap dan gelap mata. Terus-terusan berupaya membuat dalih, bukan dalil, agar dirinya terkesan benar. Diterabas pihak yang berbeda pandangan dengan dirinya. Bahkan beragitasi dan meneror sekenanya.
Sungguh kasihan orang yang memiliki hati membatu seperti ini. Dan kita lipatkan kasihan itu, jika orang yang terhinggapi penyakit ini adalah dari mereka yang punya kekuasaan. Suara rakyat tidak didengar, padahal setiap waktu disuarakan dengan lantang. Aspirasi umat yang banyak, dianggap sebuah warna biasa di alam demokrasi. Tidak ditanggapi. Bahkan, terkesan akan terekayasa untuk saling menutupi dan membantu untuk saling melindungi.
Baik, simak firman-Nya ini, “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imran [3]: 54).
Wahai, untuk Anda para penguasa yang beriman kepada Allah, belum terlambat, mari perbaiki diri, demi kehormatan kita di hadapan-Nya. Simak nasihat indah Ibnul Qayyim rahimahullah, “Barang siapa yang menginginkan kejernihan hatinya, hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada menuruti berbagai keinginan hawa nafsunya. Hati yang terkungkung oleh syahwat akan terhalang dari Allah sesuai dengan kadar kebergantungannya kepada syahwat. Hancurnya hati disebabkan perasaan aman dari hukuman Allah dan terbuai oleh kelalaian. Sebaliknya, hati akan menjadi baik dan kuat karena rasa takut kepada Allah dan ketekunan berzikir kepada-Nya.”

Baca Juga:   Selamat Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah


Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.