- 22 September 2015
- Posted by: BMT Fastabiq
- Categories: MKU, News
AYO KITA SHALAT ISTISQA’
Sebagian besar wilayah Indonesia dilanda musim kemarau panjang dan kekeringan sehingga berakibat kekurangan air bersih. Banyak sumur masyarakat yang mulai kering. Lahan pertanian dan perkebunan mengalami gagal panen. Akibat suhu panas, banyak hutan terbakar sehingga berdampak kabut asap yang mengganggu aktivitas kehidupan. Dengan kata lain, kita semua sangat mengharapkan turunnya hujan lebat.
Aisyah RA menuturkan bahwa masyarakat Madinah pernah mengeluhkan musim paceklik dan kemarau panjang kepada Rasulullah SAW. Beliau lalu memerintahkan untuk menyiapkan mimbar di tempat shalat dan menjanjikan untuk bersama-sama melaksanakan shalat Istisqa pada suatu hari.
Lalu Rasulullah keluar dari rumah menuju tempat shalat di tanah lapang ketika matahari sudah mulai terik (waktu Dhuha), lalu naik mimbar. Beliau memulai khutbahnya dengan bertakbir lalu memuji Allah. Dalam khutbahnya Rasulullah berkata, “Kalian semua mengeluhkan kekeringan, kesulitan air di rumah-rumah kalian, terlambatnya turun hujan. Padahal, Allah SWT telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya, dan Dia telah menjanjikan untuk mengabulkan doa kalian.
Beliau kemudian berdoa, “Alhamdu lillahi Rabbi al-‘Alamin ar-Rahman ar-Rahim. Maliki yaumi ad-din. La ila illa Allah…” (Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tiada tuhan selain Engkau. Engkau Mahakaya, sedangkan kami sangat fakir. Turunkanlah hujan dan jadikanlah apa yang engkau turunkan itu sebagai kekuatan dan penyambung kehidupan hingga masa tertentu.”
Rasul kemudian tetap mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi hingga terlihat bulu ketiaknya yang berwarna putih, lalu beliau berpaling membelakangi para sahabat (menghadap kiblat) dan mengubah sarung selendangnya sambil menengadahkan kedua tangannya. Beliau kembali menghadap kepada para sahabat, lalu turun dari mimbar kemudian shalat dua rakaat.
Tidak lama setelah itu, Allah membuat langit menjadi mendung, berawan tebal, bergemuruh suara guntur, dan berkilatan petir, lalu turun hujan lebat sehingga menggenangi masjid. Beliau tidak ke masjid sampai air surut. Ketika melihat para sahabat bergegas pulang ke rumah masing-masing, beliau tertawa sehingga terlihat gigi gerahamnya.” (HR Abu Daud).
Ketika terjadi Perang Tabuk, perang antara Rasulullah SAW bersama pasukannya melawan pasukan Bizantium, para sahabat tidak hanya menghadapi krisis logistik, tetapi juga mengalami krisis air. Mereka mengadu kepada Rasulullah, lalu beliau mengajak sebagian pasukan untuk melaksanakan shalat Istisqa. Tidak lama kemudian, turunlah hujan lebat. Para pasukan Muslim dapat menghimpun perbekalan air untuk keperluan mereka dan binatang yang dijadikan kendaraannya (kuda dan unta).
Shalat Istisqa merupakan salah satu solusi jitu untuk mengatasi kekeringan, kesulitan air, kebakaran hutan, krisis pangan, dan krisis pencemaran udara karena banyak debu dan asap akibat kebakaran hutan. Shalat Istisqa itu sarat dengan nasihat spiritual bagi kita semua bahwa tobat, beristighfar, shalat, dan berdoa kepada Allah merupakan amalan yang tidak pernah sia-sia, jika kita menyadari keterbatasan dan kefakiran diri kita di hadapan Allah.
Melalui shalat Istisqa, kita dididik untuk semakin percaya bahwa Allah itu Mahakaya, Mahakuasa, Maha Pengasih dan Penyayang yang memedulikan kesulitan hidup hamba-Nya. Kalau bukan kepada Allah, lantas kepada siapa lagi kita mengadu dan memohon pertolongan? Melalui shalat Istisqa kita diajak untuk mengingat Allah dan menyakini bahwa Allah itu pasti menolong apa yang sedang dikeluhkan oleh hamba-Nya.
Karena itu, umat perlu digerakkan untuk melaksanakan shalat Istisqa karena berulang kali Rasulullah memberi contoh shalat Istisqa dan terbukti tidak lama setelah itu (atau bahkan saat sedang shalat) hujan turun lebat. Ayo kita shalat Istisqa !