- 1 Desember 2014
- Posted by: BMT Fastabiq
- Categories: Majalah Fastabiq, News
Untuk apa ada angka nol? Untuk apa mewakili sesuatu yang tidak ada? Lihat saja bagaimana 2 + 0 = 2, jadi untuk apa angka nol?
Jika numerik disusun secara linear dan hirarkis, angka nol menempati posisi awal. Namun seringkali tidak dipakai, dalam penulisan numerik, kita jarang menyertakan angka 0. Namun, kita menyadari, segalanya dimulai dari titik nol. Meskipun aneh juga karena nol tidak memiliki ruas. Antara angka 1 dan 2 ada ruas “1”, pun antara angka 2 dan 3, dan seterusnya. Namun angka nol, berapa ruasnya? Nol juga? Atau tidak ada?
Bilangan desimal adalah jawabannya. Dunia tidak melulu bisa dihitung dengan bilangan bulat. Tidak segalanya utuh di dunia ini, ada parsialnya, ada yang lebih kecil dari ruas “1”, di sinilah angka nol bermain. Angka nol juga yang memberikan puluhan pada bilangan bulat.
Memberikan berapa besar nilai uang pada dunia keuangan. Bahkan memberi presisi lebih pada tiap nilai transaksi elektronis. Apakah Anda pernah mendapat tagihan kartu kredit dalam bilangan bulat semua? Presisi ini sangat penting juga di dunia sains, menentukan ukuran lebih detail dan membedakan.
Pengetahuan ala Barat memperkenalkan Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika Aljabar. ahli aljabar sebenarnya adalah seorang ilmuwan Muslim, Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Ilmuwan Muslim yang dilahirkan di Khiva (Iraq) pada 780 M.
Nah, angka nol ditemukan oleh Al Khawarizmi ini. Selain angka nol, Al Khawarizmi juga yang menemukan ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tangent, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral). Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) adalah yang menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini.
Al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Karyanya Kitab Surat Al-Ard menggambarkan secara detail bagian-bagian bumi. CA Nallino, penterjemah karya al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin, menegaskan bahwa tak ada seorang Eropa pun yang dapat menghasilkan karya seperti al-Khawarizmi ini.
Selain ahli dalam matematika al-Khawarizmi, yang kemudian menetap di Qutrubulli (sebelah barat Baghdad), juga seorang astronom, dan geografer pada abad ke-9. Khawarizmi mungkin masih menjadi ahli polymatika terhebat yang pernah ada, bahkan pada faktanya ialah pendiri beberapa pencabangan ilmu matematika yang ada kini. Pengamat Barat, Phillip Hitti, menilai Khawarizmi memberi pengaruh terbesar kepada pemikiran matematika dibandingkan pemikir dari abad pertengahan lainnya. (sumber: http://mysharing.co/angka-nol-sains-dan-ilmuwan-muslim/)